top of page
sysbepasiphe

Pdf perilaku organisasi stephen robbins budaya betawi: Implikasinya terhadap kepemimpinan dan motiva



9 v 5. Drs. Abrar, M.Hum sebagai penguji ahli, Nur aini Marta, S.S, M.Hum sebagai sekretaris dan Dra. Ratu Husmiati, M.Hum. Sebagai ketua sidang penulis yang memberikan saran dan masukan yang membangun bagi penulis selama sidang skripsi. 6. Abdul Haris, Zaenal, Muali Yahya, dan H.Basir Bustomi serta pengurus dan pesilat Beksi yang lainnya yang berkenan untuk memberi waktu kepada penulis sebagai narasumber. 7. Yahya Andi Saputra selaku sejarawan dan budayawan Betawi yang berkenan untuk diwawancarai penulis sebagai narasumber. 8. Mas Budi, admin Prodi Pendidikan Sejarah yang sabar menghadapi mahasiswa yang membantu penulis. 9. Teman-teman penulis Vio, Rodiah, April, Dela, Devy, Eka Sulistiani dan Eka Rimatuzzariah, Nurachamwati, Ade dan Bela yang menemani penulis dalam perkuliahan. Teman-teman di Reds Soldier, Desa Pendidikan, BEM FIS 2014 dan 2015 serta Advokasi BEMJ sejarah Serta organisasi Yayasan AIDS Indonesia dan Trashbag Comunity yang mewarnai dan memberi pengalaman kepada penulis diluar kelas selama masa perkuliahan. Mahasiswa Angkatan 2013 terutama prodi Pendidikan Sejarah 2013 A yang menemani penulis sebagai teman dan rekan selama 4 tahun ini. 10. Kedua Orang tua penulis Gatot Suharsono dan Siti Khairiyah yang mendukung dan memberi selama dalam pengerjaan skripsi ini. kedua kakak


26 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan sejarah terbentuknya organisasi pencak silat Beksi dari organisasi perguruan yang tradisional menjadi organisasi yang modern. Tidak hanya menjelaskan perubahannya tapi juga penulis ingin mengetahui dampak dari perubahan bentuk organisasi terhadap aliran Beksi. Mengetahui peranan dari organisasi yang telah terbentuk terhadap perkembangan kebudayaan Betawi terutama dalam olahraga pencak silat. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan. a. Secara Praktis Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi dan pengembangan studi tentang kebudyaan Betawi terutama Pencak Silat tradisional Betawi di Prodi Pendidikan Sejarah tentang Maen Pukulan Betawi ataupun BEKSI. b. Secara Teoritis Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan agar dapat berguna bagi mereka yang memerlukannya, utamanya peneliti yang tertarik dengan judul ini sebagai referansi bagi




pdf perilaku organisasi stephen robbins budaya betawi



56 38 dikenal dengan baju koko 14. Beberapa modifikasi yang terjadi seperti baju tikim betawi menggunakan lima kancing yang awalnya terbuat dari kain yang terpilin dirubah bentuknya seperti kepala capung. Perubahan lain tidak adanya kantong vertikal dibawah ketiak yang biasanya disebut kantong ti tou (lambung babi), yang berguna untuk menyimpan thau chang (kuncir atau kepang). Selain itu, bentuk dasar baju tikim yang tidak berkerah yang diadaptasi dari budaya Tionghoa tetap dipertahankan. Celana pangsi yang biasanya dipakai berukuran lebar dan cara memakainya dililitkan dengan sarung supaya tidak terlepas atau melorot. Supaya lebih mengencangkan biasa ditambahkan dengan gesper kulit atau gesper haji. Pada masa modern celana pangsi mulai dilengkapi karet, tali pengikat atau resleting sebagai pengencang celana, untuk mempermudah pemakaian celana. Baju tikim dan celana pangsi yang biasa dipakai para jago berwarna hitam, putih, abu-abu, kuning gading, dan biru tua. Pewarna kain yang terbatas membuat warna baju masih terbatas seperti warna hitam didapat dari arang, kuning dari kunyit dan biru tua dari tanaman nila. Pada masa modern warna baju pangsi beragam seperti merah atau ungu. 14 Ridwan Saidi.Profil Orang Betawi: Kebudayaan dan Adat Istiadatnya (Jakarta: PT. Gunara Kata, 1997), hal.122.


58 40 Maen pukulan sendiri memiliki beragama macam senjata dalam pertarungan. Seperti golok, golok betok, punta, badi-badi, belati, trisula dan kerakel atau yang berasal dari hewan seperti buntut dan sengat pari. Tetapi,Beksi tidak menggunakan beberapa senjata karena lebih banyak mengandalkan tangan kosong. Perkembangan Beksi yang berasal dari daerah Dadap,Tangerang yang jauh dengan laut sehingga tidak menggunakan sengat atau buntut pari sebagai senjata. Beksi biasanya menggunakan senjata golok, golok betok, belati, rotan dan sarung. Golok yang berkembang di masyarakat Betawi sangat dipengaruhi kebudayaan Jawa Barat. Pada masyarakat Betawi golok dibagi menjadi dua jenis yaitu golok gablongan dan golok sorenan. Golok gablongan adalah jenis senjata yang biasa digunakan sehari-hari seperti memotong kayu dan pohon, biasa disebut golok dapur atau bendo yang biasa digunakan harian. Sedangkan golok sorenan dibagi dua menjadi pertama, sorenan simpenan yang digunakan untuk menyembelih hewan sapi atau kambing. Kedua, sorenan pinggang yang gunakanya untuk menjaga diri dan diselipkan di pinggang, sorenan pinggang yang sudah dianggap pusaka bisa diturunkan turun temurun. Para jago Betawi biasa menyembunyikan golok yang disoren di pinggang ini balik jas atau baju tikimnya. Senjata golok tidak boleh dipermainkan dan diperlihatkan di depan umum sembarangan, letak golok yang sudah terlihat dan dimiringkan menandakan kesiapan bertarung. Golok betawi memiliki ciri khas


84 66 Beksi yang telah menjadi bagian dari budaya Betawi juga mengalami banyak perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan yang terjadi untuk menjawab tantangan adanya olahraga beladiri yang berasal dari luar seperti Karate, Yudo, Tae Kwon Do dan Wu Shu. Bahkan sekolah yang berada DKI lebih banyak menerapkan ekstrakulikuler bela diri dari luar. Hal ini menuntut Beksi sebagai aliran silat untuk berkembang yang dituntut masyarkat. Untuk mewujudkan hal ini mengalami beberapa perubahan termasuk dalam keorganisasian. Setiap kegiatan yang melibatkan tiga orang atau lebih akan memerlukan suatu organisasi. Organisasi diharapkan mampu mengatur sehingga tujuan organisasi akan tercapai sesuai tujuan dibentuknya organisasi. Apalagi Beksi kemudian berkembang tidak hanya di Jakarta tapi juga di daerah Depok, Tangerang, dan Bekasi seiring dengan perpindahan orang Betawi daerah penyangga Jakarta. Organisasi yang tersebar dimana-mana dan bertingkat-tingkat memeperlukan organisasi yang solid dan berwibawa. Menurut Notosoejitno, organisasi adalah sarana dalam usaha pengembangan dan penyebarluasan Pencak Silat3. Beksi sebagai salah satu aliran Pencak Silat merupakan tempat berkumpulnya banyak orang yang terdiri dari guru, pelatih, pembina dan pesilat itu sendiri, maka diperlukan suatu organisasi. Adapun tujuan Pencak Silat yang menjadi tujuan organisasi yang berlaku dalam diri pesilat. Menurut Notosoejitno adalah bahwa pesilat mempunyai 3 Notosoejitno, Pencak Silat, Nilai dan Perkembangannya (Jakarta: CV. Agung Seto), Hal.52.


97 79 4. Jurung Bolang-baling 5. Jurus Silem 6. Jurus Lenggang Barong/Slipang/Gebal 7. Jurus Rusia Pecah Tiga 8. Jurus Kotek Besi 9. Jurus Jejel 10. Jurus 21 Kilat 11. Jurus Janda Berias D. Peranan Organisasi Beksi Perubahan Beksi menjadi organisasi memberikan beberapa dampak seperti dilaksanakan acara, kegiatan atau turnamen diluar kegiatan rutin seperti latihan silat. Kegiatan yang diadakan bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan Pencak Silat Beksi. Kegiatan yang dilaksanakan diharapkan dapat membantu melestarikan dan memperkenalkan semakin luas pencak silat aliran Beksi sebagai kebudayaan Betawi. Setelah tahun 1999 sejak berdiri kegiatan yang melibatkan pemerintahan DKI Jakarta, Organisasi Pencak Silat, Instansi-Instansi dan dari internal PPS Beksi sendiri. Akan dijelaskan beberapa kegiatan besar yang melibatkan PPS Beksi seperti kegiatan PRJ, Lebaran Pendekar, Festival Kemang ( ), Serta event internasional yaitu SEA GAMES XXVI. Selain itu Beksi juga pernah diikutkan dalam kegiatan olahraga seperti lomba yang


103 BAB V KESIMPULAN Sejarah awal muncul dan berkembangnya Beksi dari guru silat Lie Tjeng Ok yang berasal dari wilayah Dadap, Tangerang. Lie Tjeng Ok yang keturunan Tionghoa memberi pengaruh budaya bela diri Tionghoa, tapi diciptakan di Betawi sehingga Beksi menjadi bela diri asli Betawi. Beksi kemudian diajarkan dan disebarkan oleh Ki Marhali dan Gojali yang kemudian menyebarkannya ke masyarakat Betawi. Perkembangan pencak silat Beksi awalnya dilakukan secara turun menurun dan secara tertutup dengan berdasarkan daris keturunan, Sehingga perkembangannya hanya diajarkan kepada keluarga dan kerabat atau hanya di wilayah sekitar guru Beksi berasal. Seiring waktu Beksi yang merupakan perguruan tertutup pada awalnya, mulai mengikuti perkembangan jaman. Perubahan perguruan Beksi dilakukan untuk menghindari kurangnya minat masyarakat untuk mempelajari Beksi. Mempertahankan tradisi Betawi yang berkaitan dengan bela diri seperti tradisi Ibing dan palang pintu pada upacara pernikahan Betawi. Beksi mulai dikelola secara terbuka sesuai perkembangan jaman seperti mendirikan organisasi sendiri dan mengikuti turnamen. Pengelolaan organisasi oleharaga bela diri sudah dilakukan sejak lama seperti beberapa organisasi pencak silat yang sudah ada. Organisasi bela diri Beksi mulai dikelola mengikuti organisasi bela diri yang sudah ada dan kemudian diharapkan bisa berkembang luas. Beberapa perubahan yang terjadi dari waktu 85


106 86 DAFTAR PUSTAKA ARSIP AD/ART BEKSI Tahun 2000 Selebaran PS. Purbakala Tentang Sejarah Singkat dan Keorganisasian SK Kemenkumham AHU-3291 AH Tahun 2010 Daftar Anggota IPSI tahun 1981 BUKU Abdullah, Edwin Hidayat. Keajaiban Silat:Kaidah Ilmu Kehidupan dalam Gerakan Mematikan. Jakarta: PT Gramedia Utama Adi, Windoro. Batavia,1740: Menyisir Jejak Batavia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015 Anzinzhan, Syarifuddi. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo:2008. Chaer,Abdul. Floklor Betawi. Depok: Komunitas Bambu Cribb,Robert. Para Jago dan Kaum Revolusioner di Jakarta ( ). Jakarta: Masup Jakarta Dinas Pemuda dan Olahraga. Petunjuk Olahraga Pencak SIlat Jakarta: Diaspora Goal, Chr. Jimmi L. Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi.,2008. Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press Kiki,Rakhmad Zailani. Genealogi Intelektual Ulama Betawi. Jakarta: Islamic Centre Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana: Robbins, Stephen P. Judge., Timothy A., Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat 2008). Saidi,Ridwan. Profil Orang Betawi: Kebudayaan dan Adat Istiadatnya. Jakarta: PT. Gunara Kata. cet. Ke


2ff7e9595c


0 views0 comments

Recent Posts

See All

Kommentare


bottom of page